[Drabble] Cenayang

CENAYANG

Cast: Kim Jongdae & Lee Sani

Note: Jadi ceritanya selama seminggu ospek itu, saya ngantuk berat tiap dikasih materi. Sebagai pelarian, saya nulis-nulis di buku. Jadilah ficlet absurd ini. Gak usah dibaca, aneh soalnya.

.::.

Aroma khas cairan kental bernama kopi memenuhi ruangan, menyelaraskan alunan lagu khas coffee shop. Gadis dengan rambut coklat terang sebahu berhenti mengaduk isi cangkir merah kesayangannya, kemudian menangkup gelas itu. Kakinya melangkah jenjang, menyusuri ubin putih mengkilat. Senyumnya tersungging, ia letakkan cangkir itu di atas coffee table lantas mengutip bantal sofanya yang terjatuh.

“Kali ini belajar soal apa lagi? Tarot? Atau sihir?”

“Jangan meledekku!” lelaki yang sedari tadi asik membaca buku tebal bersampul hitam mendengus, akhirnya malas melanjutkan.

“Aku tidak bermaksud, lho.” Si gadis membela diri sambil mengangkat tangannya tatkala lelaki itu memandang sebal padanya.

“Tapi seringaimu menyebalkan sekali, seolah bilang padaku kalau aku bodoh.”

“Bukan begitu Jongdae sayang, aku hanya heran padamu. Kau tak dilahirkan dengan bakat itu, lantas untuk apa merepotkan diri mencari bakat cenayangmu?”

“Karena itu aku belajar otodidak. Mengejar ketinggalan,”

“Astaga,” ujarnya kemudian terbahak, tidak habis pikir dengan jalan pikiran temannya yang suka tidak jelas. Ia bersandar pada lengan sofa, meluruskan kakinya hingga bersarang di atas pangkuan Jongdae. “Katakan padaku, apa sebenarnya yang kau tuju?”

“Sesuatu yang sangat berarti bagiku.”

“Seperti tahu kapan kiamat, sehingga kau bisa mengumpulkan pahala?” gadis itu tak kuasa meledek hingga tawa terlepas begitu saja.

“Eh, kemari kau! Kita buktikan kalau usahaku sama sekali tak sia-sia.” Jongdae jadi ngotot, ia menarik pergelangan kanan Sani. “Nona Lee Sani, fokuskan pikiranmu agar aku bisa membacanya!”

“Oke oke.” Sani menurut. Dengan gaya seolah cenayang ahli Jongdae meraba setiap garis pada telapak tangan Sani. Ia memejamkan mata, keningnya dikerutkan sedemikian rupa. Sani benar-benar ingin terbahak, tapi ia harus menghargai usaha Jongdae. Namun gadis itu tak tahu, bahwa pengalaman pertama ini membuat Jongdae gugup setengah mati.

“Kau jatuh cinta!”

Sani tersentak, tapi buru-buru tertawa. “Masa? Aku malah tidak tahu. Siapa orangnya? Terbaca tidak?” lagi-lagi setengah meledek.

“Aku.”

Sani menyahut cepat, tapi gerakan matanya terlihat goyah. Jongdae tahu ia benar. “Jangan berpikir macam-macam! Kau membuat suasananya jadi canggung.” Sani susah payah mengelak, tiba-tiba pendingin ruangannya seolah tak berfungsi.

“Tak usah mengelak, cantik. Aku hanya ingin memastikan bahwa cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.”

Kkeut